Apapun Itu

Anda Memiliki Info Atau Berita Menarik..??? Kirim Saja ke : djandakoe@yahoo.com

Minggu, 21 Agustus 2011

Kenapa Harus Malu Menjadi Minang..??


Redaksi. Berpredikat sebagai orang minang di Negeri orang ternyata tak selalu mulus spt yang diperkirakan. Karena baru saya ketahui ketika saya tengah melanjutkan studi di negeri orang. Semuanya berawal ketika saya meninggalkan Ranah Bundo Tacinto. Sebuah perjalanan dan cerita baru pun dimulai sejak terakhir kali saya meninggalkan sebuah kesan yang sangat tak menarik bagi banyak orang, baik itu teman, sahabat, dan keluarga.
Baru saya ketahui jika di beberapa daerah, orang Minang bisa dikatakan “Dipandang sebelah mata” atau dengan kata lain banyak rumor dan paradigma negative berkembang di beberapa kalangan dan daerah, terutama yang pernah saya kunjungi selama ini, beberapa daerah di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Bukan bermaksud berbicara Rasis n terkesan mengadu domba, namun itu menjadi beberapa pengalaman yang saya alami. Entah kenapa dalam benak beberapa orang jika berurusan dengan orang minang itu sangatlah tidak enak…” Halah… Pantesan gitu.. orang Minang ternyata..” . Itu kata-kata yang sangat sering saya dengar dari beberapa mulut. Sungguh suatu Penghakiman yang tak tau dari mana awalnya, namun menjadi suatu hal nyata yang tak bisa ditolerir jika menggunakan emosi. Namun begitu, untungnya Identitas saya sebagai orang minang tak begitu berpengaruh dengan hal-hal tersebut bagi teman-teman saya. Sehingga saya bisa menggali informasi terkait hal tersebut.
Dari beberapa pembicaraan bersama beberapa orang yang mempunyai perbedaan suku dan bahasa saya mendapatkan keseragaman jawaban dari mereka.
PERTAMA : Orang Minang di pandang oleh mereka sebagai Orang Pelit atau dalam istilahnya Kita “Sampilik kariang”. Asumsinya karena orang minang yang merantau itu pasti mencari kekayaan yang cepat sehingga hal-hal yang berkaitan dengan uang menjadi isu sensitif yang sangat diperhatikan mereka, karena mereka beranggapan orang minang itu sama seperti cina yang sangat tidak mau merugi walaupun hanya 1 rupiah saja.
KEDUA : Orang Minang di pandang sebagai orang yang selalu mamanfaatkan situasi dan tidak mau berada pada posisi yang sulit, sehingga berusaha mencari celah yang penting menguntungkan baginya, istilahnya “ Takuruang nak Dilua, Taimpik Nak diateh ” .
KETIGA : Orang Minang dipandang sebagai personal yang tidak konsisten dan terkesan suka mengorbankan orang lain demi tujuan yang diinginkan… atau kata Lainnya “ Cadiak Buruak ”.
Itulah tiga pokok utama kenapa banyak orang minang lebih memilih mengaku dari Riau ataupun Jambi ketika berkenalan dengan orang lain. Hal tersebut menjadi menu sehari-hari terutama ketika Zaman Kuliah. Ketika Berkenalan mengaku dari daerah lain, setelah diajak berbicara baru mengakui kalau mereka Urang Awak. Sungguh suatu fenomena yang tak bisa dibiarkan larut dalam isu negative tentang paradigma yang salah tersebut. Beberapa kali saya berusaha merubah wacana tentang persepsi negatif mengenai Minangkabau, namun hanya menjadi obrolan warung kopi saja. Mengingat terkadang kebanyakan Anak Nagari  yang berada diperantauan juga merespon dengan rasa malu mereka.
Kenapa Malah Orang lain yang baru bisa memainkan Saluang malah lebih bangga mengaku orang minangkabau daripada masyarakat minangkabau sendiri..??
Pernah ada 2 orang teman di bangku kuliah yang berasal dari Kanada mengaku bangga pernah menjadi bagian dari orang Minang, hanya karena bisa sedikit Silek dan memainkan Talempong yang dipelajarinya ketika pernah melakukan Studi di Padang Panjang  mengenai Seni dan Tenunan Asli Minang. Walau awalnya saya kurang yakin, tapi mereka membuktikan, dg sll berbicara menggunakan bahasa minang ketika bertemu dengan saya. Ada kebanggaan yang saya dapatkan dari mereka, apresiasi yang sangat tinggi walaupun sudah tidak lagi berada di Sumatera Barat.
Sekarang apakah Jati diri ini akan selalu ada disetiap urang awak yang ada diperantauan..?? atau hanya akan menjadi sebuah Kumpulan Minoritas Di terminal saja nama Minang itu ada..?? ataukah Muncul sebuah kebanggaan yang lebih megah dari Rumah Gadang yang dibangun di Rantau, namun hanya sekali saja dalam satu tahun dikunjungi untuk Halal Bil Halal..??? Saya Masih mencari Jawabannya…. (Red*)


Sebuah Catatan Kaki.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang mau bertanya maupun yang ingin berkomentar...