Apapun Itu

Anda Memiliki Info Atau Berita Menarik..??? Kirim Saja ke : djandakoe@yahoo.com

Kamis, 12 Mei 2011

ANTARA SANG RAJA, KELEDAI, DAN PETANI SAYUR TUA DI HUTAN RIMBA.....

“ Apakah Boleh bertamu hari ini..??? “. Itu kata pertama yang bisa kuucapkan setelah mengetuk pintu rumah seorang sahabat, dan ketika ia membuka kunci pemisah antara dinding dan “keset” lusuh didepan rumahnya itu, walau hanya sekedar basa basi yang sudah sangat basi, hal itu ternyata bisa sedikit membangkitkan gairah dalam interaksi yang terjadi diantara kami... “ Ayo Masuk..” Ujarnya...”

tapi Maaf sedang tidak ada kopi.. “ Lanjutnya yang seakan mengerti alasanku menemuinya, alasan klasik yang selalu kuucapkan ketika ada bersamanya, alasan untuk mendapatkan “minuman pria” penyebab maag yang mendunia itu secara gratis.... aku hanya tersenyum simpul wlopun dia melanjutkan kembali ucapannya dengan menawarkan minuman pengganti yang juga “hangat” untuk pengisi suasana yang mungkin ada diantara kami nantinya....

Seperti biasa... kamar sahabat itu tidak pernah berubah sejak terakhir kali aku kesana, hanya letak tempat tidur dan lemari dikamar itu saja yang berganti posisi, yang mungkin tujuannya untuk memperbarui suasana ataupun memperlebar jarak pandang diruangannya itu, Televisi dan rak yang ada masih tetap bediri ditempat semula yang selalu bangga mendengungkan suara-suara yang sebagian kukenal ceritanya, yang sebagian lagi kabur dan samar-samar untukku bisa menangkap kisahnya... “ach.. kotak bergambar itu memang sebuah trik sulap yang bagus untuk menjadi propaganda dan media yang pragmatis pembangun citra...” ungkapku ketika memperhatikannya. Sejenak kulihat kamar itu, disamping sang sahabat yang terlihat sibuk menyalakan pemanas air, kulihat buku-buku bertebaran dimana-mana.. lantai seakan menjadi tempat obral segala jenis ilmu yang tertulis itu.... disamping rak yang telah terpenuhi oleh sekian banyak rangkaian pemikiran manusia baik yang merujuk kepada Tuhan-Nya maupun kepada berhala yang telah di-Tuhankan-Nya itu....

Terpikirkan olehku, ternyata kegemaran sahabat ini memang tak bisa kutandingi... walaupun guratan wajahnya sudah seperti huruf sansekerta karena selalu sibuk membaca opini dan fakta yang telah berderet dalam rak dikamarnya, masih saja ada fragmen baru yang belum selesai dibacanya, terlihat beberapa warna dan sampul baru yang masih belum familiar kulihat dilantainya, “ Humm.. “ gumamku, ada sesuatu yang menarik melintas didepan pandanganku. Sebuah judul dengan kisah yang baru, sebuah tulisan yang terangkum dalam sebuah buku. Buku hasil pemikiran yang mungkin inspiratif seperti yang tertulis pada bagian depannya, aku masih bingung ketika kutanyakan kepada sang sahabat tentang cerita yang tersirat dari tiap lembaran-lembaran yang memang barusan saja kulihat spanduk promosinya dimana-mana. “ Biasa saja.... hanya episode-episode cerita tua dengan sedikit bumbu makna untuk menjulurkan lidah sambil menengadah keatas...” sang sahabat berkomentar ketika aku sibuk melafalkan huruf demi huruf pada bagian akhir dari lembaran-lembaran itu seperti yang selama ini kulakukan, kebiasaan yang seolah tak menghargai ratusan ribu kata yang ingin sekali disebutkan dari lembaran pertama.

Kucoba kembali membolak-balikkan beberapa dari sekian banyak tumpukan lembaran yang terbungkus warna yang sedikit elegan dengan embel-embel gambar dibagian depannya itu, ratusan lembaran yang terangkum menjadi satu, yang diperoleh sang sahabat itu dari tetesan keringatnya sebagai pengganti lelah walaupun mungkin bukan itu yang dia mau. Kumulai menggetarkan lidah menggerus kata demi kata untuk memecahkan morse yang mungkin ada didalamnya, laksana prasasti tua yang menyimpan seribu misteri dari zaman dahulu kala.

*

Sebuah cerita dimana semuanya bermula, itu inti yang tersirat dalam tiap halaman yang terbaca, kisah pertarungan mahabaratha dalam pertempuran antara Pandawa dan Kurawa, antara Bimasena dan Duryudana, serta Arjuna dan Dursasana dalam mencari dan mempertahankan kekuasaannya. Para Prajurit yang telah disiapkan Pandawa semakin gencar menyudutkan Kurawa, Prajurit yang memang dicari atau menawarkan diri yang katanya untuk harga mati.

Demi sang raja yang akan berjaya setelah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra, menghancurkan kekuasaan kurawa yang telah lama bertengger tahta dengan pangeran-pangerannya. Para Keledai pun hendak menjadi kuda karena telah merasa ikut serta dan berjasa membantu menghilangkan letih serta dahaga para tuan-tuannya. Keledai yang ingin seperti penyamaran Batara Dharma yang setia mendampingi Yudhistira.

Rakyat Astina sepertinya harus untuk membenci Kurawa, walaupun bermula dengan cerita Drupadi yang begitu anggun dalam menebarkan cinta, semua masih terbalut rasa ketidakpuasan kepada Dursilawati yang pernah menawarkan manisnya madu untuk rakyat jelata. Dursilawati yang tak pernah bisa merebut hati Arjuna seakan masih terpecundangi dengan keadaan walaupun dia bersama Duryudana telah terlempar kedalam Rimba karena kekalahan dalam Bharatayudda.

Dalam euphoria kemenangan Pandawa, hal ini sebenarnya lumrah saja, rasa dendam, tidak puas, dan yang belum sempat teraspirasikan karena mungkin disebabkan tekanan yang menurut cerita kebenaran memang terlihat signifikan, namun perlu diingat oleh rakyat astina, Kurawa juga pernah membangun Astina, memajukan segala macam kehidupan sehingga Bima bisa membuat Gada, dan Arjuna dapat membentuk busur Panahnya, Kurawa tetap memberikan pengorbanan yang banyak dalam membangun kerajaan dan kekuatan untuk penangkal serangan sebelum perang saudara itu ada.

Sedikit petikan dari pandawa “ Yang Lalu Biarlah Berlalu “ seakan tidak sejalan dengan apa yang tersiratkan dalam prasasti mereka itu, tetap rasa yang menyudutkan menghilangkan kesan sehingga Kurawa semakin tak terlihat setelah sekian banyak terkorbankan demi kemajuan astina pura....walaupun dibalut dengan alih-alih inspirasi yang berasal dari hati, tapi hati itulaah yang menyiratkan semuanya melalui guratan yang tak jelas arahnya kemana.

Setelah tafsiran semuanya terbaca.. ternyata ini hanya Cerita... Cerita Prajurit-prajurit yang tuannya sendiri mungkin belum mengetahuinya... Cerita yang telah diketahui ujungnya membunuh siapa... Cerita dalam sekam nan masih membara... Cerita Prajurit yang mungkin mengharap apa saja dari tuannya..... yaa Mungkin saja...

Kurawa telah mengakui kekalahannya, mereka telah menyingkir jauh kedalam rimba, biarpun Yudhistira dan Bimasena tetap memberi sanjungan kepada Duryudana, tapi para prajurit seakan berjalan dengan tata cara mereka sendiri dalam merayakan euphoria... berdalih rasa cinta dengan hati yang mulia, serasa bias antara yang di ucapkan dengan tindakan yang semakin bertolak belakang dengan semua gejolaknya.

Apakah Astina negeri prajurit..?? Apakah Pandawa Lima hanya simbol belaka dari para prajuritnya..?? Saya rasa tidak...

(Cerita Sakit Kepala untuk suara yang memekakkan telinga)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bagi yang mau bertanya maupun yang ingin berkomentar...